Cihwanul Kirom
Kemajuan zaman adalah sebuah keniscayaan yang tidak terbendung dan merupakan bagian yang terpisahkan dari era digital, derasnya informasi, mudahnya akses informasi dan berita serta semua lini, banyak hal baru yang menerpa tata kehidupan dan norma dimasyarakat kita, norma tersebut perlu disikapi dengan cara yang baik dan sebuah konsep yang matang, salah satu yang menjadi filter dari derasnya perubahan zaman adalah moderasi beragam.
Moderasi Beragama adalah konsep hidup bangsa Indonesia menghadapi kemajemukan suku, agama dan pola pikir serta perubahan yang terus menggerus etika dan norma ketimuran kita. Tanpa sebuah filter tentu kita akan kehilangan banyak tatanan yang sudah mapan dan merupakan adiluhur sebuah nilai berbangsa. Sehingga nilai sebuah bangsa dan negara akan tergerus dengan modernisasi yang seringkali bersifat instan.
Konsep yang diusung dalam Moderasi beragama bukanlah konsep baru tetapi konsep lama. Moderasi beragama memiliki empat pilar diantaranya: pertama Komitmen kebangsaan, kedua toleransi, ketiga anti kekerasan, dan ke-empat kearifan lokal (Local Wisdom).ke-empat konsep tersebut akan menjadi penyaring atau filter dalam menghadapi era digital yang begitu dasyat, dapat diakses oleh siapapun dan kapanpun serta dimanapun.
Konsep Komitmen kebangsaan, komitmen kebangsaan adalah sebuah prinsip yang harus di miliki oleh setiap warga negara yang mengaku memiliki tanah air dan kebangsaan, banyak konten negatif yang berseliweran di media sosial yang mengatakan bahwa mencintai tanah air tidak ada dalilnya, tentu pernyataan ini salah dan harus diluruskan, karena Rasulullah begitu mencintai kota Madinah sebagai kota kedua beliau yang banyak memberikan cerita dalam proses hijrah dan perjalanan islam itu sendiri, pertanyaan yang paling dasar untuk mengkonter pemahaman yang salah adalah dengan pertanyaan bagaimana kita bisa menjalankan agama kita jika negara kita sedang tidak aman dan tidak baik baik saja.
Toleransi, Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antara penganut agama lain. Seperti apa yang disebutkan dalam kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” yang artinya: berbeda-beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang kedua. toleransi sendiri harus dikedepankan dalam berbangsa dan bernegara. kemajemukan suku, agama, ras dan lainya. Tentu bicara toleransi kita ada batasan serta etika yang harus mengaturnya.
Konsep Anti kekerasan, kekerasan model apapun dengan dalih apapun tentu bukanlah ajaran agama, islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kedamaian, keharmonisan dan musyawarah bersama. Pendekatan dalam penyelesaian sebuah problem baik antar personal atau antar kelompok hendaknya dengan pendekatan perdamaian, agar tidak muncul kekerasan atas nama kelompok, golongan bahkan agama, ya66555ng tentu itu hanya sebagai kedok dari sebuah muslihat jahat dalam menghalalkan sebuah misi yang ingin diraih.
Konsep kearifan Lokal (Local wisdom). Islam membagi local wisdom menjadi 2 bagian, yang sesuai syariat dan yang tidak, local wisdom yang tidak melnggar esensi hukum islam sebagai sebuah adat atau kebiasaan yang diperbolehkan, dengan Bahasa kaidah hukumnya ‘ al adah muhakkamah’ adat atau kebiasaaan menjadi sebuah hukum, tentu dengan berbagai ketentuan diantaranya merupakan adat yang baik, berlangsung lama dan memiliki unsur yang baik serta tidak mengandung hal-hal yang dilarang dalam norma dan agama. Era digital adalah satu zaman atau era pada kehidupan ini telah mengalami kondisi kemajuan yang cukup pesatdan mengarah kepada bentuk digital atau dalam kata lain suatu kondisi zaman dimana seluruh kegiatan yang mendukungnya sudah bisa dipermudah dengan adanya teknologi yang serba canggih. Keniscayaan ini akan menjadi sebuah hal yang baru dan merupakan hal positif menghadapi kemajuan tentu dengan rambu-rambu serta etika menjalaninya, etika dan rambu rambu itu bernama moderasi Beragama yang berisi 4 pilar kehidupan yang akan tetap menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya tanpa harus menghindari dari kemajuan era digital.